5 Hal Salah Kaprah tentang Branding yang Perlu Kamu Ketahui (Part II)
9/23/2013 Branding, Graphic Design, Learning Theory, Literasi Visual, Marketing, Teori View Comments
at
Melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang 5 hal salah kaprah tentang branding (tulisan sebelumnya bisa dibaca disini), ijinkan Saya mengutip kata-kata dari Pak Mendiola B. Wiryawan Brand
ibarat matahari. Matahari yang sama, yang bersinar setiap hari,
memiliki arti yang berbeda untuk setiap orang. Untuk sebagian orang
berarti panasnya, sebagian lagi melihat terangnya, warnanya, energinya,
indahnya, sisi mitos spiritualnya, nilai filosofinya, dsb.
Namun semua itulah yang membentuk konsepsi utuh sebuah identitas bernama ‘matahari’. Demikian juga Brand. Terdapat banyak persepsi terhadap brand, yang dilihat dari berbagai kacamata profesi dan posisi berbagai pihak. Bagi seorang konsumen, brand adalah A. bagi seorang marketer, brand adalah B. Bagi pengusaha, C, bagi desainer, D, dst. Namun semua pendapat inilah yang membentuk konsepsi utuh sebuah brand.
Tiga point berikutnya dari 5 hal salah kaprah tentang branding yang perlu kamu ketahui adalah:
BRANDING ITU BERIKLAN SECARA INTENSIF
Banyak yang beranggapan, membuat strategi komunikasi publik, menerbitkan logo, beriklan, melakukan activation, ber-public relation, adalah branding, atau setidaknya bagian terpenting dari branding. Padahal, branding yang sebenar-benarnya adalah internalisasi. Kalau orang di dalam perusahaan sudah paham dan menghayati konsep brand, maka mudah sekali melakukan eksternalisasi. Banyaknya program komunikasi eksternal jadi salah arah, karena manager brand belum sepenuhnya paham arti brand yang dikelolanya sesungguhnya. Atau makin diperparah, dengan redaksi yang belum definitif atau masih ragu dengan arah visi brand-nya. Kan jadinya karyawan di bawahnya melakukan sesuatu yang salah arah dari awal. Kan jadinya branding itu cuma di permukaan luar, di dalamnya tidak tergarap.
Apalagi zaman sekarang informasi tidak dapat dibendung. Kalau ada pihak internal yang menyebar citra perusahaan yang jelek, maka citra brand akan cepat sekali menjadi buruk. Lewat email, media sosial atau berita di internet, pemburukan itu bisa terjadi hanya dalam hitungan hari, bahkan jam. Internal adalah duta brand, orang luar akan percaya sekali dengan orang dalam, apalagi orangnya terpercaya.
BRANDING ITU BISA DIPELAJARI DI SEKOLAH
Secara teori, branding mungkin bisa dipelajari di sekolah, tetapi pelajaran branding yang utama adalah di luar sekolah, di masyarakat. Bagaimana cara memahami dinamika psikologi dan persepsi manusia, individu dan masyarakat, memahami seluk beluk proses membuat perusahaan, memahami cara membuat simbol yang efektif, dll. Pokoknya semua yang hanya bisa dipelajari dengan melakukannya, secara nyata lengkap dengan resikonya. Mahasiswa yang belum pernah mengelola entitas (bentuknya bisa organisasi atau usaha) akan kesulitan memahami teori branding. Jadi biasanya akan terjebak hanya bikin logo, atau paling jauh bikin rasionalisasi logo dan implementasinya.
Tetapi di lain hal dan di luar sekolah, praktisi yang tidak terbiasa membuat kode-kode simbol, juga akan kesulitan mempraktikkan branding, karena setelah strategi terwujud, ujung-ujungnya harus dibuat konsep dan bentuk simbolnya. Simbol itu bisa berupa verbal dan visual, misalnya berupa strategi pesan, nuansa/karakter pesan, dan tentu saja logo.
BRANDING ITU MAHAL
Prinsipnya, branding itu adalah proses perancangan, proses memikirkan dulu semuanya sebelum melakukan sesuatu. Kalau dilakukan dengan benar, branding itu adalah program efisiensi. Justru mereka yang membuat keputusan bisnis tanpa prinsip branding, harus siap-siap menanggung risiko. Termasuk keluar biaya besar tanpa ada efeknya. Jadi, lebih murah mana? (Sumber: Versus- Issue 01.08)
Apa yang bisa kita serap dari 5 hal salah kaprah ini? Jadi, entitas apapun, bisa perusahaan komersil, yayasan, non-profit, LSM bahkan personal, sebaiknya memikirkan identitas diri, mengelola program simbolisasi yang mudah diberi perhatian dan dimengerti publik, terutama target pemerhatinya. Dan jangan lupa, branding digunakan semaksimal mungkin demi kesejahteraan pihak internalnya.
Terakhir saya kutipkan dari Tom Peters (Management Guru) “Mengesampingkan usia, mengesampingkan posisi, mengesampingkan bisnis yang kita geluti, semua orang perlu memahami pentingnya branding. Kita semua adalah CEO dari perusahaan kita sendiri bernama: ‘Saya’. Untuk berkecimpung dalam bisnis saat ini, tugas terpenting kita adalah untuk menjadi kepala pemasaran dari brand yang disebut ‘dirimu’.
Buat yang mau belajar tentang Branding, hari Senin (23/9/2013) Creasionbrand.co.id akan mengadakan Bizzdate dengan tema “THE RISE OF TRANSMEDIA ENTERTAINMENT”. GRATIS!! Hanya untuk 15 orang. Silahkan lihat infonya disini.
Berikutnya masih di hari Senin (23/9/2013) dan masih ngebahas tentang Branding, kali ini dari GIMBFOUNDATION.org dengan tema “All about Branding”. GRATIS!! Hanya untuk 50 orang. Silahkan lihat infonya disini.
Tentang penulis silahkan kunjungi rumahnya disini.
Namun semua itulah yang membentuk konsepsi utuh sebuah identitas bernama ‘matahari’. Demikian juga Brand. Terdapat banyak persepsi terhadap brand, yang dilihat dari berbagai kacamata profesi dan posisi berbagai pihak. Bagi seorang konsumen, brand adalah A. bagi seorang marketer, brand adalah B. Bagi pengusaha, C, bagi desainer, D, dst. Namun semua pendapat inilah yang membentuk konsepsi utuh sebuah brand.
Tiga point berikutnya dari 5 hal salah kaprah tentang branding yang perlu kamu ketahui adalah:
BRANDING ITU BERIKLAN SECARA INTENSIF
Banyak yang beranggapan, membuat strategi komunikasi publik, menerbitkan logo, beriklan, melakukan activation, ber-public relation, adalah branding, atau setidaknya bagian terpenting dari branding. Padahal, branding yang sebenar-benarnya adalah internalisasi. Kalau orang di dalam perusahaan sudah paham dan menghayati konsep brand, maka mudah sekali melakukan eksternalisasi. Banyaknya program komunikasi eksternal jadi salah arah, karena manager brand belum sepenuhnya paham arti brand yang dikelolanya sesungguhnya. Atau makin diperparah, dengan redaksi yang belum definitif atau masih ragu dengan arah visi brand-nya. Kan jadinya karyawan di bawahnya melakukan sesuatu yang salah arah dari awal. Kan jadinya branding itu cuma di permukaan luar, di dalamnya tidak tergarap.
Apalagi zaman sekarang informasi tidak dapat dibendung. Kalau ada pihak internal yang menyebar citra perusahaan yang jelek, maka citra brand akan cepat sekali menjadi buruk. Lewat email, media sosial atau berita di internet, pemburukan itu bisa terjadi hanya dalam hitungan hari, bahkan jam. Internal adalah duta brand, orang luar akan percaya sekali dengan orang dalam, apalagi orangnya terpercaya.
BRANDING ITU BISA DIPELAJARI DI SEKOLAH
Secara teori, branding mungkin bisa dipelajari di sekolah, tetapi pelajaran branding yang utama adalah di luar sekolah, di masyarakat. Bagaimana cara memahami dinamika psikologi dan persepsi manusia, individu dan masyarakat, memahami seluk beluk proses membuat perusahaan, memahami cara membuat simbol yang efektif, dll. Pokoknya semua yang hanya bisa dipelajari dengan melakukannya, secara nyata lengkap dengan resikonya. Mahasiswa yang belum pernah mengelola entitas (bentuknya bisa organisasi atau usaha) akan kesulitan memahami teori branding. Jadi biasanya akan terjebak hanya bikin logo, atau paling jauh bikin rasionalisasi logo dan implementasinya.
Tetapi di lain hal dan di luar sekolah, praktisi yang tidak terbiasa membuat kode-kode simbol, juga akan kesulitan mempraktikkan branding, karena setelah strategi terwujud, ujung-ujungnya harus dibuat konsep dan bentuk simbolnya. Simbol itu bisa berupa verbal dan visual, misalnya berupa strategi pesan, nuansa/karakter pesan, dan tentu saja logo.
BRANDING ITU MAHAL
Prinsipnya, branding itu adalah proses perancangan, proses memikirkan dulu semuanya sebelum melakukan sesuatu. Kalau dilakukan dengan benar, branding itu adalah program efisiensi. Justru mereka yang membuat keputusan bisnis tanpa prinsip branding, harus siap-siap menanggung risiko. Termasuk keluar biaya besar tanpa ada efeknya. Jadi, lebih murah mana? (Sumber: Versus- Issue 01.08)
Apa yang bisa kita serap dari 5 hal salah kaprah ini? Jadi, entitas apapun, bisa perusahaan komersil, yayasan, non-profit, LSM bahkan personal, sebaiknya memikirkan identitas diri, mengelola program simbolisasi yang mudah diberi perhatian dan dimengerti publik, terutama target pemerhatinya. Dan jangan lupa, branding digunakan semaksimal mungkin demi kesejahteraan pihak internalnya.
Terakhir saya kutipkan dari Tom Peters (Management Guru) “Mengesampingkan usia, mengesampingkan posisi, mengesampingkan bisnis yang kita geluti, semua orang perlu memahami pentingnya branding. Kita semua adalah CEO dari perusahaan kita sendiri bernama: ‘Saya’. Untuk berkecimpung dalam bisnis saat ini, tugas terpenting kita adalah untuk menjadi kepala pemasaran dari brand yang disebut ‘dirimu’.
Buat yang mau belajar tentang Branding, hari Senin (23/9/2013) Creasionbrand.co.id akan mengadakan Bizzdate dengan tema “THE RISE OF TRANSMEDIA ENTERTAINMENT”. GRATIS!! Hanya untuk 15 orang. Silahkan lihat infonya disini.
Berikutnya masih di hari Senin (23/9/2013) dan masih ngebahas tentang Branding, kali ini dari GIMBFOUNDATION.org dengan tema “All about Branding”. GRATIS!! Hanya untuk 50 orang. Silahkan lihat infonya disini.
Tentang penulis silahkan kunjungi rumahnya disini.