DKV UNPAS Bandung: 5 Hal Salah Kaprah tentang Branding yang Perlu Kamu Ketahui

Arakanlebah, Komunitas DKV UNPAS Bandung

ilustrasi gambar dari justcreative.com
Masih ingat bagaimana dulu Corporate Identity (CI) jadi buah bibir di kalangan desainer grafis? Masih ingat bagaimana pelaku CI tidak mau disamakan dengan perancang logo? Masih ingat juga bagaimana kemudian CI ada dimana-mana, menjadi rancu dan banyak terjadi salah kaprah?

Sekarang datang branding. Branding jadi buah bibir di desainer grafis. Bahkan juga di lingkup advertising, marketing, sampai sales. Branding tidak dapat disamakan dengan sekedar logo. Brand dan Branding ada dimana-mana, sekarang mulai jadi rancu dan juga banyak terjadi salah kaprah.

Apakah branding itu CI yang berganti baju? Buktinya Wally Olins dan perusahaan Landor, yang dulunya konsultan CI, sekarang jadi konsultan branding! Bisa jadi begitu. Lalu bagaimana caranya kita mengetahui identitas sebenarnya dari branding? Mari, kita mulai mencari tahu dari yang mengaku branding tapi sebenarnya bukan branding.

BRANDING ADALAH MEMBUAT LOGO
Semua sudah tahu bahwa ini salah kaprah. Tetapi sudah tahu salah, kok masih banyak yang memperlakukan branding sama dengan membuat atau merubah logo? BNI 46 dan Pertamina memproklamirkan diri mereka melakukan re-branding. Padahal yang mereka rubah hanya logonya saja, tidak ada perubahan dalam perusahaan yang setara dengan perubahan logonya. Bahkan BNI nyaris tidak menghasilkan dampak apa-apa.

Pertamina lebih lumayan, tetapi yang diperbaiki hanya membuatnya menjadi perusahaan yang memenuhi standar: pom bensin jadi baru dan bersih, serta pelayanannya jadi lumayan ramah. Dimana-mana perusahaan yang re-branding memang harus begitu. Seharusnya dengan tingkat logo yang berubah jauh itu, internal Pertamina juga berbenah diri, bersih-bersih, makin efisien, makin agresif secara lebih signifikan. Barulah disebut ada branding. Silahkan baca juga disini penjelasan lebih detail tentang Branding, Identity & Logo.

USAHA KECIL MENENGAH  (UKM) TIDAK PERLU BRANDING
Branding adalah program mengendalikan citra brand/perusahaan di benak pemerhatinya. Pemerhati yang utama adalah internal perusahaan tersebut. Jadi, kalau UKM sudah punya pegawai, pemilik UKM harus sudah mulai mem-branding-kan usahanya, agar pegawainya betah dan bangga, misalnya pemilik harus mulai menjelaskan konsep UKM berbisnis, mau dibawa kemana (visi), dan apa keuntungan jadi pegawai. Itu sudah langkah awal branding.

Kalau UKM telah punya rekan bisnis, branding makin diperlukan. Kita perlu membuat rekan jadi tahu perusahaan kita, lingkupnya apa, arahnya ke mana, sehingga akhirnya jadi percaya untuk bekerjasama. Itu juga branding. Apalagi kalau UKM sudah punya konsumen. Produknya harus bagus dan bermanfaat, kemudian dikemas, dipasarkan dan didistribusikan supaya utuh sampai di tangan konsumen. Supaya konsumen ingat dan tertarik, perlu diberi identitas dan daya tarik lainnya. Supaya fokus, efisien, dan efektif, semua proses produk sampai ke konsumen harus berdasarkan satu konsep yang jelas. Itu juga branding. (Sumber: Versus- Issue 01.08)

Nah, dari dua point salah kaprah ini, apa yang bisa kita pahami? Intinya, branding itu bukan pilihan, sengaja atau tidak, kita sudah melakukan branding. Pilihannya adalah mau branding secara baik atau buruk, mau di program atau dibebaskan, mau integral atau acak-acakan.

Nantikan tiga point penting lainnya dalam tulisan Saya berikutnya di hari Senin yang akan dibahas tentang branding itu adalah program efisiensi, keputusan bisnis tanpa prinsip branding, harus siap-siap menanggung resiko.

Buat yang mau belajar tentang Branding, hari Senin (23/9/2013) Creasionbrand.co.id akan mengadakan Bizzdate dengan tema “THE RISE OF TRANSMEDIA ENTERTAINMENT”. GRATIS!! Hanya untuk 15 orang. Silahkan lihat infonya disini.

Berikutnya masih di hari Senin (23/9/2013) dan masih ngebahas tentang Branding, kali ini dari GIMBFOUNDATION.org dengan tema “All about Branding”. GRATIS!! Hanya untuk 50 orang. Silahkan lihat infonya disini.

Tentang penulis klik disini.
blog comments powered by Disqus