Panas-dalam, Lesu-darah, dan Sariawan-usus, Efek Tersembunyi Iklan Obat..!
KCM @ Dr.Handrawan Nadesul, Dokter Umum
Di televisi, di mana-mana media, iklan obat berdampingan dengan iklan susu, sabun, mi, bahkan jamu, dan entah apa lagi. Pengaruh iklan obat di media, terlebih di televisi, begitu kuat. Tapi benarkah semua iklan obat tidak menyesatkan? TIDAK benar. Jangankan orang awam dalam menghadapai obat warung (OTC, Over The Counter), dokter pun bisa sesat membaca brosur obat baru.
Kebanyakan farmasi di mana-mana dunia cenderung nakal menyembunyikan efek samping dan kelemahan obat yang ditawarkan. Brosur biasanya hanya menonjolkan manfaat, khasiat, serta kelebihannya saja. Hanya dokter yang kritis mampu skeptis terhadap tawaran obat baru yang tidak masuk nalar medis.
Bagi awam, tidak mudah bisa kritis dan skeptis. Bunyi iklan obat di telinga awam nyaris tak mungkin terbantahkan, mudah percaya, dan terpedaya. Maka demi keamanan masyarakat dalam mengonsumsi obat, pengiklan obat dihimbau patuh pada etika beriklan, dan pemerintah lebih ketat mengawasi. Selain substansi iklan tidak boleh menyesatkan, perlu tercantum jelas indikasi, kontraindikasi, dan efek samping yang mungkin timbul, selain mencantumkan pula apa saja tabiat buruk yang dikandung bahan berkhasiat dalam obatnya.
Risiko Kejar Manfaat
Bahkan sekadar obat nyeri dan demam golongan acetaminophen pun, misalnya, kandungan obat dalam banyak obat flu yang dijual bebas, pekan-pekan ini pihak FDA, Pengawasan Obat dan Makanan Amerika, setelah puluhan tahun bebas dikonsumsi, kini terungkap efek buruknya terhadap hati. Di kita, obat jenis ini sama rajin dikonsumsi layaknya kacang goreng. Sedikit-sedikit begitu ringan minum obat warung, sangkanya enteng, dan tanpa efek samping. Padahal tidak.
Semua jenis obat, baik obat resep dokter maupun obat warung, menyimpan efek sampingnya. Bahkan jamu dan ramuan tradisional sekalipun. Efek samping yang pasien pikul diterima sebagai konsekuensi dalam berobat demi mengejar manfaat obatnya (pertimbangan risk-benefit). Kita baru dinilai merugi akibat obat jika tetap mengonsumsi padahal tidak membutuhkannya. Betapa berat dan buruk pun efek samping obat, jika memberi harapan menyembuhkan, efek samping kita kesampingkan untuk siap kita pikul.
Sebaliknya, kendati efek samping obat seenteng apa pun, arifnya tidaklah kelewat gampang mengonsumsinya kalau tidak perlu. Nyeri kepala, pegal linu, demam ringan, yang mungkin bisa mereda sendiri setelah dibawa tidur, dan jeda, mengapa harus begitu cepat memutuskan memilih menelan obat. Perut kita bukan apotek yang bisa membiarkan obat apa saja boleh masuk. Kalau bisa tanpa obat mengapa harus memilih dengan obat.
Tergantung Daya Tahan
Tidak jelas apa yang dimaksud dengan "panas dalam" jika diterjemahkan ke dalam bahasa medis. Mungkin hanya gambaran gejala awal suatu radang tenggorokan saja. Seperti lazim kalau mulai mau flu, tenggorokan terasa pedih dan gatal, atau mungkin juga nyeri panas menggelitik. Bangun tidur terasa nyeri kalau menelan.
Orang Jawa bilang pancingan, yang sebetulnya awal dari suatu radang tenggorokan yang lazimnya disebabkan oleh serangan virus. Kita mengenalnya sebagai ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan bagian Atas), yang bisa terpilah menjadi pharyngitis, jika hanya di tenggorokan, rhiopharyngitis jika di hidung dan tenggorokan juga, laryngitis jika mengenai pita suara, atau tonsillopharyngitis jika menyerang kelenjar amandel selain tenggorokan.
Tidak semua bibit penyakit, apakah virus, parasit, maupun kuman yang sering mampir di tenggorokan, kerongkongan, dan rongga hidung, akan selalu berhasil mengganggu selaput lendir mulut di sana sehingga menjadikan kita jatuh sakit batuk-pilek, kalau tubuh sedang kuat. Hanya jika kondisi tubuh sedang lemah, yang akan memudahkan kita jatuh sakit saban kali disinggahi bibit penyakit yang hadir dan beredar di udara sekitar kita, yang sering berasal dari orang-orang sekitar yang sedang sakit.
Daya tahan lokal selaput lendir mulut, hidung, dan tenggorokan, juga ditentukan oleh gizi dan kecukupan vitamin-mineral. Tidak semua orang yang berada dekat pasien batuk-pilek, atau penyakit menular lewat udara (air-borne) lainnya yang lebih berat dan lebih ganas sekalipun, pasti jatuh sakit. Hanya mereka yang lemah saja yang menjadi korban penularan, lalu jatuh sakit.
Setiap bagian tubuh kita dijaga dan dilindungi oleh seperangkat sistem ketahanan tubuh, baik yang bersifat cairan, dalam kelenjar getah bening, dan darah, maupun yang bersifat sel yang berada dalam darah putih pembentuk sistem kekebalan atau imunitas tubuh. Begitu pula dengan selaput lendir rongga mulut, tenggorokan, kerongkongan, atau bagian tubuh mana pun lainnya. Jika selaput lendir mulut, hidung, kerongkongan kita lemah, mungkin sebab kondisi tubuh secara keseluruhan lemah, maka hampir semua bagian-bagian tubuh kita pun ikut lemah.
Ada orang sakit mata merah, besoknya langsung kena. Ada yang batuk-pilek, sorenya langsung bersin-bersin, demam, lalu batuk. Kesenggol kulit orang herpes, beberapa hari kemudian tertular. Pendek kata, kondisi tubuh yang lemah menjadi rentan tertular penyakit menular yang mana saja.
Soal Panas-dalam
Jika kelemahannya di tenggorokan, mungkin itu yang populer dimaksud dengan "panas-dalam". Namun di mata medis, masih belum seluruhnya jelas apa betul itu maksudnya. Apa bukan seriawan? Bentuk kelemahan selaput lendir rongga mulut, yang bisa juga mengenai bagian tenggorokan, kelenjar tonsil (amandel), seluruh selaput lendir mulut, termasuk lidah dan bibir.
Seriawan terbentuk antara lain sebab selaput lendir di rongga mulut tidak sekuat ketika sedang normal. Selaput lendir mudah lecet, koyak, dan luka (tukak). Paling sering sebab kekurangan sayur-mayur dan buah-buahan. Orang yang tidak suka sayur, pada musim-musim kering kemarau, rentan seriawan. Bukan sekadar cuma sebab kurang vitamin C seperti banyak anggapan yang berkembang.
Dulu betul para pelaut yang terlunta di samudera menderita seriawan hebat (scorbut) semata sebab untuk waktu lama tidak mengonsumsi buah dan sayur. Tapi seriawan (aphthae) orang sekarang banyak faktor penyebabnya, di luar sekadar kekurangan vitamin C belaka. Peran vitamin B, vitamin P, vitamin Q, serta beberapa jenis mineral lain, dan banyak faktor lain lagi, selain faktor stres sendiri. Ada yang seriawannya kambuh saban kali datang haid, mirip gajian, selain ada juga yang seriawannya kumat hanya kalau lagi tanggung bulan.
Rasa tidak enak lokal di rongga mulut akibat tidak bugarnya selaput lendir rongga mulut, bisa dibikin lebih enak dengan banyak minum air, berkumur rebusan daun sirih, atau dengan obat kumur, mengisap permen antiseptis, atau apa saja yang bisa bikin segar rongga mulut. Tapi barang tentu itu bukan terapi untuk memulihkan kondisi selaput lendir, sebab selaput lendir yang sudah rapuh hanya bisa pulih bugar jika tubuh bugar. Untuk itu dibutuhkan lebih banyak buah dan sayur mayur, cukup protein salah satu pembuat zat kekebalan, memadai waktu jeda, dan terukur pula gerak badannya.
KCM - Kamis, 03 Oktober 2002, 11:01 WIB [http://www.kompas.com/kesehatan/news/0210/03/000525.htm - dead link]