Ada masanya dimana periklanan mengalami masa keemasan. Belanja iklan melonjak, karena apapun diiklankan. Seolah latah beriklan, bahkan lembaga pemerintah, kementrian, pun doyan bikin iklan. Tak pelak pengamat ekonomi, Faisal Basri sampai harus berkomentar, bahwa ada yang aneh dengan perilaku para menteri tersebut. Dalam liputan inilah.com, Faisal Basri mempertanyakan, apa yang ingin didapat dari mengiklankan program kementerian. Masalahnya, mereka yang membuat program, mereka juga yang menilainya.
Dari inilah.com juga kita diingatkan, bahwa beberapa waktu terakhir, mendekati deadline program 100 hari KIB jilid II (28 Januari 2010), para menteri ramai-ramai muncul di media TV mempromosikan program kerja dan pencapaiannya. Bahkan ada Menteri yang memamerkan semua pencapaiannya melalui iklan di koran-koran.
Baik. Meski esensi dari pesan yang disampaikan dalam contoh "iklan" para menteri tadi sebenarnya bukanlah benar-benar iklan, tetapi kapling yang dibeli dari media adalah kapling iklan. Harganya tentu sama dengan harga iklan. Mungkin juga itu dilakukan karena tak kunjung ada media massa yang meliput berita keberhasilan pencapaian para menteri tersebut.
Jadi apa sih iklan di benak Anda, para menteri yang terhormat?
Periklanan dan kegiatan promosi, memang sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mereka ada di mana-mana. Seiring dengan berkembangnya peradaban dan teknologi, periklanan telah berubah menjadi kegiatan komunikasi baik bagi para produsen, maupun konsumen.
Kemampuan iklan dan materi promosi lainnya dalam menyampaikan pesan sesuai rancangannya kepada khalayak telah memberinya posisi penting dalam rangkaian program pemasaran di banyak perusahaan. Baik perusahaan besar maupun kecil, semua menggantungkan upaya pemasaran produk atau dan/atau jasa mereka melalui periklanan dan promosi. Dalam era market-based economy, konsumen sangat tergantung pada informasi dari iklan dan materi promosi dalam menentukan keputusan untuk membeli produk dan/atau membayar jasa. Di era inilah paradigma kegiatan pemasaran hanyalah seputar produk, product-oriented marketing.
Sebagai perbandingan nyata, pada tahun 1980-an di Amerika Serikat (AS) telah dihabiskan uang sebanyak $35 milyar untuk belanja iklan, dan $49 milyar lainnya digunakan untuk kegiatan promosi, seperti pemberian sampel produk, kupon, kontes, diskon, dll. Pada tahun 2002, terjadi lonjakan belanja iklan menjadi lebih dari $240 milyar, sementara kegiatan promosi mencatat $250 milyar. Data ini kurang lebih sama dengan total belanja yang terjadi secara internasional, selain di AS.
Baik. Jadi periklanan dan promosi adalah bagian dari kegiatan pemasaran/marketing. Lalu apa yang dimaksud marketing/pemasaran dalam hal ini? The American Marketing Association (AMA), yang merupakan representasi para marketer profesional di US, memberi definisi sebagai berikut:
the process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, and services to create exchanges that satisfy individual and organizational objectives.
Karenanya, pemasaran yang efektif membutuhkan kesadaran para petinggi di organisasi mengenai pentingnya hubungan timbal-balik antara periklanan dan promosi, dan bagaimana menggabungkan kedua kegiatan tersebut dalam sebuah perencanaan pemasaran.
+ Selanjutnya: Iklan, Promosi, dan IMC (2).
*) Silakan periksa referensi tentang IMC, dalam buku berjudul Advertising and Promotion, an Integrated Marketing Communications Perspective, Sixth Edition. Oleh George E. Belch & Michael A. Belch. The McGraw-Hills Company. 2003.