DKV UNPAS Bandung: Memahami Visual

Arakanlebah, Komunitas DKV UNPAS Bandung

Memahami Visual

at 7/22/2004 , View Comments

Memahami visual tidak sekedar melihat apa yang 'terlihat' saja. Membaca dan memahami visualisasi artinya menginterpretasikan pesan yang dirancang menurut apa yang dimaksudkan oleh disainer. Pemahaman terhadap unsur visual tidak seperti pemahaman terhadap teks, karena tergantung pada beberapa hal yang spesifik, seperti logika si audiens, bahasa yang mereka gunakan, dan pengalaman audiens). Pada media-media komunikasi, ada banyak kemungkinan penggunaan unsur visual, seperti foto, gambar sketsa, gambar kartun, diagram, atau line drawing. 
 
Untuk membacanya, diperlukan kemampuan membaca visual. Tidak ada satu rumus atau patokan baku yang bisa menjamin suatu gambar bisa dibaca dengan mudah oleh audiens. Untuk itu perlu dipelajari secara khusus bagaimana audiens mempersepsikan suatu unsur visual, atau bagaimana merancang suatu pesan bergambar agar secara efektif dapat dipahami oleh audiens. Menyederhanakan menjadi kunci utama. Dalam hal ini 'sederhana' bisa berarti 'cukup'. 
 
Gambar yang sederhana, bisa menyampaikan sesuatu secara maksimal, karena suatu sebab tertentu. Sebaliknya, gambar yang kompleks belum berarti bisa menjelaskan sesuatu dengan baik. Terutama jika dikaitkan dengan audiens yang menjadi sasaran komunikasi. Berkomunikasi dengan masyarakat awam yang rata-rata pendidikannya relatif rendah, media tidak bisa hanya mengandalkan judul atau headline-nya saja dalam menjelaskan suatu gambar yang kompleks, atau ingin memfokuskan pesan pada satu tema tertentu. Visual bisa banyak membantu, karena bisa mengurangi 'usaha' audiens untuk membaca tulisan-tulisan, dapat memberi tekanan pada satu tema tertentu, dan juga bisa memotivasi audiens untuk melakukan apa yang disampaikan. 
 
Membaca Unsur Visual 
 
Biasanya, unsur visual selalu 'dilihat', atau 'ditonton', misalnya orang menonton televisi, atau orang melihat poster. Tapi dalam konteks komunikasi untuk masalah kesehatan, diperlukan lebih dari sekedar 'melihat' atau 'menonton' saja, tetapi harus pada tahap 'membaca' unsur visual tersebut. Visual memiliki ciri khas dapat dibaca dengan berbagai cara, dan dapat menimbulkan kesan yang berbeda-beda pula, tergantung dari siapa yang membacanya. Ada tipe orang yang hanya melihat sekilas secara keseluruhan pada suatu halaman, lalu jika ia kurang mengerti, ia akan meninggalkan halaman itu, atau bahkan tidak lagi membaca seluruh halaman dari media itu. Ada pula orang yang hanya melihat pada satu bagian yang spesifik, hingga tidak memperhatikan keseluruhannya. 
 
Schramm and Roberts (1971) mengemukakan tentang bagaimana kebiasaan dalam membaca unsur visual sehingga dapat mempengaruhi komunikasi. Mereka menggambarkan sebagai berikut:
  • Selective Exposure; people choose to look at and read some content in preference to other.
  • Selective Perception; people do not perceive all that is potentially avalaible within whatever content or focus they have selected.
  • Selective Retention; people do not retain or remember all of the information, the ideas, or the opinion they have perceived. This may due to a faulty memory or because of repression or suppression.
Ada pula penelitian lain yang dilakukan oleh Mackworth and Bruner (1970), mereka membandingkan bagaimana orang dewasa berkemampuan membaca rendah, dengan anak-anak dalam melihat suatu gambar. Mereka menemukan bahwa orang dewasa yang kurang bisa membaca berperilaku seperti anak-anak, yaitu tidak sistematis dalam menindai suatu gambar. Mereka selalu melihat pada satu atau dua titik yang fokus saja, jarang melihat pada keseluruhan gambar, sehingga terkadang kehilangan konteks gambar secara keseluruhan.  Mereka kurang bisa mengarahkan pandangannya pada sudut yang benar, dan relatif lambat dalam memahami makna-makna visual. 
 
Orang cenderung melihat apa yang mereka harapkan dapat dilihat saja, dan tidak mau melihat apa yang ia tidak diharapkan. Sebagai contoh, seseorang yang tinggal di desa dan jarang melihat foto, ketika disodorkan sebuah foto, ia tak bisa mengenali anaknya sendiri yang ada di dalam foto tersebut. Padahal foto hanyalah foto hitam putih biasa (Pett, 1976).
blog comments powered by Disqus