DKV UNPAS Bandung: Berapakah Upah Ngedesain?

Arakanlebah, Komunitas DKV UNPAS Bandung

Berapakah Upah Ngedesain?

at 3/08/2014 , View Comments

Kamak-kamak yang baru lulus kuliah dan akan bekerja pasti bertanya-tanya tentang bagaimana menilai hasil desain kita dengan nominal uang, berapakah harga yang cocok untuk sebuah desain? atau mungkin kita belum sempat memikirkan itu, sudah dateng klien menanyakan harga desain kamak-kamak sekalian, dan kamak-kamak bingung antara takut terlalu mahal atau sebaliknya. Di sisi lain untuk dunia kreatif kadang uang sangat membatasi, dan suka dibicarakan belakangan.

ilustrasi dicomod dari kontemplacity

Pernahkah kamak-kamak bertanya kepada senior atau teman desainer yang sudah mapan, berapakah harga desain mereka? Pertanyaan ini nampak normal, tetapi di satu sisi ini adalah pertanyaan yang sangat pribadi bagi sebagian orang. Selain itu kadang pemberi kerjaan yang nakal sengaja membuat keadaanya seperti itu, sehingga bisa mengeksploitasi desainer-desainer baru yang harganya masih labil kayak ababil. Jadi dari pada rugi sendiri nih saya coba tulisin beberapa triknya berdasarkan pengalaman, baca-baca, dan nanya sana-sini.

Pake patokan UMR

Bisa dengan melihat UMR (upah minimum regional), misal di sebuah kota memiliki UMR kisaran 1 juta rupiah per bulan. Maka UMR per hari adalah 1.000.000 : 20 hari (asumsi jumlah hari optimal kerja dipotong libur) = 50.000/hari, jika satu hari bekerja 8 jam, maka 50.000 : 8 jam = 6.250/jam.
Jika kamak-kamak bekerja dengan menggunakan sistem jam, maka harga paling rendah untuk upah desain kamak-kamak sekalian adalah 6.250/jam, namanya juga paling rendah, kalo mau dinaikin sah-sah ajah hehehe. Sayang yah ga ada namanya Upah Maksimal Regional, klo ada kan enak yah bisa masang di kisaran yang pas.

Biasanya yang sudah profesional yang sudah memiliki tarif per jam, karena mereka rata-rata sudah bisa menaksir sebuah proyek desain ke dalam hitungan waktu pengerjaannya. Bahayanya pake trik ini adalah jika-kamak-kamak salah menaksir waktu, maka bisa keteteran kerjaan, dan bayaran jadi kurang dibanding jumlah kerjaanya. Kekurangan lainnya adalah pada perbedaan kecepatan bekerja, jika desainer A membuat poster dalam 2 jam, dan desainer B mengerjakan dalam 4 jam, maka justru yang lebih cepat kerjanya yang lebih murah, tetapi kualitas desainer A dan B tidak jauh beda.

Pake patokan persentase

Kerya desain berkaitan erat dengan produksi massal, sehingga setiap satu karya desain bisa dicetak atau diaplikasikan secara massal. Contoh, sebuah desain poster, akan disebarkan dalam ratusan bahkan ribuan poster yang sama, agar bisa sampai ke khalayak luas. Nah, berarti setiap satu desain poster, yang disebarkan misal sebanyak 500 buah, maka harga desain poster tersebut seharusnya mewakili jumlah perbanyakan dari posternya.

Cara umum yang saya tahu untuk model pekerjaan ini yaitu dengan memasang tarif menggunakan persentase dari jumlah produksi. Kisaran jumlah persentasenya relatif, tetapi yang saya tahu biasanya maksimal hanya sampai di 30% dari biaya produksi, karena 30% lainnya untuk biaya produksi dan 40% sisanya untuk laba. Pun, yang 40% ini dibagi-bagi sesuai jumlah rantai produksinya, atau orang yang terlibat dalam produksinya.

Misal, poster yang 500 buah itu biaya produksinya 500.000, maka harga desainnya adalah 30% x 500.000 = 150.000, kira-kira sesederhana itu. Hal ini bisa berlaku karena karya desain kita menempel di setiap perbanyakannya, atau kasarnya mirip royalti lah, tapi bedanya yang ini dibayar di depan untuk sekali produksi, sedangkan royalti itu berkelanjutan sesuai kesepakatan.

Kekurangan dari cara ini adalah, kita jarang diberi tahu akan diproduksi sebanyak apa desain kita, kalopun tahu hanya menggunakan perkiraan. Perkiraan yang muncul yaitu dengan melihat siapa yang jadi klien kita, jika perusahaan nasional, otomatis akan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan nasional, dengan ini kita bisa memperkirakan jumlah yang akan diproduksi seberapa banyak. Kekurangan lainnya adalah jika jumlah produksinya sedikit, maka harga desain ikut mengecil, cil cil ciiil. Jadi kamak-kamak kudu kira-kira sendiri ajah deh. 

Gak pake patokan

Maksudnya membuat harga desain bisa flat, poster yah harganya segitu, web ya harganya segitu, paling bedanya ada paket murah, paket sedang, ama paket spesial, kayak menu di tempat makan gitu.  Cara nentuin harganya yah suka-suka, selama laku dan bisa menghidupi kenapa engga, kreatifitas itu kan susah untuk dihargakan, semau-maunya ajah sesuai kesepakatan bersama. Ini adalah cara paling bebas yang saya tau hehe, resikonya yah macem-macem, namanya juga usaha :p

Hal ini bisa merusak harga pasaran memang, tetapi yah begitulah pasar, yang penting laku. Cara ini adalah cara yang biasanya sering ditemukan di sentra percetakan, dan dikerjakan oleh para tukang seting yang skill-nya mumpuni bahkan bisa lebih jago dan lebih cepat dari desainer sekolahan... hihoh.

Jadi berapa pantesnya upah ngedesain?

Tergantung siapa klien kamak-kamak sekalian, sejauh mana mereka tahu apa yang mereka mau. Ada postingan tentang client brief yang bisa membantu dengan sangat untuk bisa menentukan upahmu itu. Sorry tidak bisa mejawab dengan nominal hehe, yang jelas jika masih bingung juga paling akan berubah titel anda dari Desainer Grafis menjadi Desainer Gratis. Hihihi aptuyu!


blog comments powered by Disqus