DKV UNPAS Bandung: Bauhaus Bukan Sekedar Gerakan Seni

Arakanlebah, Komunitas DKV UNPAS Bandung

Bauhaus Bukan Sekedar Gerakan Seni

at 4/13/2012 , , View Comments

Lihatlah gedung pencakar langit di kota-kota besar di Indonesia. Sepanjang mata memandang, yang terlihat tidak hanya citra bentuk persegi panjang yang ditempeli kaca-kaca menyilaukan karena pantulkan sinar matahari. Aksentuasi mulai nampak, meski tidak serumit ornamentasi jaman Victorian. 

Sebelumnya, citra bentuk arsitektural yang simetris miskin ornamen merupakan jalan pikiran Ludwig Mies Van Der Rohe dengan "Less is More"-nya. Pikiran ini menggilas ornamentasi gaya Victorian dan semacamnya – yang dalam konsep Mies – diubah menjadi bentuk abstrak dan geometris modern. Kelak ciri inilah yang menjadi gaya internasional (International Style) arsitektur modern.


Gropius (tengah) dan van Der Rohe (kanan) 
Pikiran Mies adalah cikal bakal Bauhaus, sebuah sekolah seni berpengaruh di Jerman. Prinsip-prinsipnya menegaskan semangat kaum Bauhaus yang bercita-cita membuat perubahan baru dalam seni, desain dan arsitektur dengan menolak eklektisisme, sebuah era dimana seni intim dengan citra artistik lokal seperti gaya Victorian dan sebagainya.

Tujuan Bauhaus adalah menyatukan semua kerja kreatif, menghimpun semua disiplin seni praktis (patung, lukis, kerajinan dan kriya) sebagai komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu arsitektur.

Selain Mies, juga ada Walter Gropius sebagai nama penting dan berpengaruh di Bauhaus. Peran Gropius dan Ludwig Mies Van Der Rohe menjadi dasar utama ideologi Bauhaus. Kedua orang ini meletakkan dasar-dasar penting prinsip-prinsip Bauhaus dalam periode kepemimpinan Bauhaus yang berbeda. Walter Gropius (1883-1969) berpikir mengenai hampir semua benda fungsional dan ia ingin memajukan desain produk dengan jalan mengawinkan seni rupa dengan industri.

Seagram
Ludwig Mies Van Der Rohe (1886-1969), dengan less is more, sering dikaitkan dengan estetika fungsionalis yang populer pada abad-20. Ia membuktikan pada rancangan bangunannya, Seagram Building di New York, sebuah gedung bertingkat 38 yang memadukan logam dan kaca.

Di bawah pimpinan Gropius, Bauhaus menjadi pusat pendidikan desain terpenting. Gropius membuat disain inovatif, yang membawa material dan metode konstruksi dari teknologi modern. Ia menggunakan teknologi sebagai basis juga menstransformasikan bangunan menjadi presisi dengan mengikuti kalkulasi matematis.

Bauhaus (1919-1933) pada awal berdirinya merupakan kombinasi dari Weimar Arts and Crafts School dan Weimar Art Academy. Siswa sekolah dilatih menjadi seniman dan empu kriya (master of craftman). Baginya seniman modern harus terbiasa dengan sains dan ekonomi, dan memulai menyatukan imajinasi kreatif dengan pengetahuan pertukangan kemudian mengembangkan suasana baru dalam desain fungsional.

Perhatikan arti Bauhaus, dari ‘Bauen’ yang berarti to build dan ‘hous’ yang berarti the house. Selain seni panggung, teater juga menjadi bagian dari proyek edukasi Bauhaus.

Bauhaus tidak hanya merupakan lembaga edukasi, namun sekaligus bersifat ‘idelogis’. Misalnya, bahwa seni harus bertemu dengan keinginan masyarakat, tiadanya batasan antara seni murni (fine arts) dan seni terapan (applied arts).

Secara eksplisit Bauhaus mengutarakan prinsip ideloginya, antara lain: 
  1. Menyelamatkan seni dari isolasi terhadap dirinya dan kemudian menemukan kembali dirinya. Mengembangkan keahlian seni dan kriya (crafts) individual dan bekerjasama dengan mengkombinasikan semua keahlian, 
  2. Membebaskan dan menaikkan status, kriya, kursi, lampu, teapot dan lainnya kepada level yang sama dengan lukisan, patung. 
  3. Mengatur kontak kepada pimpinan industri dan kriya (crafts) demi keuntungan mandiri dari ketergantungan dukungan pemerintah dengan cara menjual disain ke industri.

Kronologi Bauhaus, akan lebih mudah dibaca untuk memahami bagaimana Bauhaus lahir, dan kaitannya dengan strategi pembangunan Jerman saat itu, paska Perang Dunia I. Dari situs The Bauhaus Dessau Foundation, bisa diringkas kembali gagasan dicetuskannya Bauhaus.

1915
Atas saran Henry van De Velde, Walter Gropius melanjutkan hubungan dengan pemerintah lokal Weimar, Jerman, saat itu, pada tahun 1915, untuk mendirikan sebuah lembaga pusat konsultansi bagi industri, kerajinan, dan perdagangan (Consulting Art Center for Industry and The Trades). Ia pun menjadi direktur akademi seni murni, termasuk di dalamnya bekas sekolah seni dan kerajinan. Maka sejatinya Bauhaus adalah gabungan Weimar Arts and Crafts School dan Weimar Art Academy.

Bauhaus di Weimar ini beroperasi dengan biaya pemerintah daerah, yang saat itu masih berumur beberapa bulan. Manifesto Bauhaus yang dilontarkan Gropius, berupaya untuk menyatukan semua bentuk seni menjadi satu kesatuan, untuk kembali membangkitkan semua disiplin ilmu seni, mulai dari seni patung, seni dan kerajinan, dan perdagangan. Lewat manifesto ini, ingin dibentuk satu bentuk kesenian baru, yang akan tampil dalam Arsitektur saat itu.

Beberapa siswa dan warga Weimar yang merupakan pendukung partai berkuasa di tingkat nasional, lalu mencurigai Bauhaus terpengaruh oleh cara pandang komunis, dalam hal ini spartacist dan bolshevist.

1920
Penentangan terhadap Bauhaus semakin meluas. Kaum nasionalis Jerman di Weimar, melancarkan kritikan bertubi-tubi terhadap cara pandang Bauhaus, tapi Gropius bergeming. Bauhaus bahkan membuat pernyataan balik, merespon kritik tersebut dengan dukungan dari negara bagian lain di Jerman waktu itu, The Free State of Thuringia.

Pada tahun ini pula, Gropius menolak pengajuan Johannes Baader, seorang tokoh gerakan senirupa lainnya di Berlin, Gerakan Dada. Gerakan ini terkenal vokal, dan sangat kritis sehingga berkali-kali mendapat ancaman dari pemerintah.

1921 
Bauhaus mempublikasikan peraturan baru mereka, untuk menyebut para guru sebagai The Masters, kemudian para siswa dengan sebutan The Students, dan Journeymen. 

Salah satu master Bauhaus Johannes Itten, menghadiri sebuah kongres tentang mazdaznan sect di Leipzig, dan memperkenalkan doktrin ini ke Bauhaus bersama Georg Muche. Sementara itu Gropius menyampaikan kuliah tentang teori ruang dan menggambar teknis yang praktis, didukung oleh Adolf Meyer.

Pertentangan internal antara Gropius dengan Johannes Itten meruncing. Gropius ingin membuka Bauhaus dari pengaruh asing, sementara Itten tidak setuju. 

1922
Para master Bauhaus pertama kali memamerkan karya mereka Thuringian exhibition of art di Weimar. Sementara, sekelompok siswa Bauhaus membentuk kelompok CURI (dalam bahasa Jerman berarti akronim dari  Constructive, Utilitarian, Rational dan International).

1923
Sementara sekolah terus berkembang, anggota partai Nasionalis Jerman dari parlemen Thuringian  malah turut mengkritik organisasi dan manajemen Bauhaus. Menteri Pendidikan turun tangan untuk membantu.

Puncaknya, Gropius diincar tentara karena adanya isu politik yang menerpa. Theo van Doesburg melancarkan polemik atas cara pandang Bauhaus terhadap masa depan Jerman.

1924
Rencana untuk membuat Bauhaus menjadi lembaga mandiri dengan sedikit campur tangan pemerintah,  Thuringia mulai didiskusikan di kementerian pendidikan. Sementara, perkembangan kekuatan politik partai konservatif, menyuarakan penutupan Bauhaus. Bauhaus terus mendapat serangan dari kaum konservatif.

The Thuringian auditor menyimpulkan bahwa Bauhaus tidak lagi menguntungkan. Maka pemerintah lokal memutus kontrak untuk para guru dan direktur Bauhaus, terhitung sejak 31 Desember 1925. Anggaran juga dipangkas habis, dari 146,000 menjadi 50,000 Marks Jerman. Rencana pemandirian Bauhaus dipaksakan untuk segera dilakukan.

Hendrik P. Berlage, Peter Behrens, Marc Chagall, Albert Einstein, Oskar Kokoschka, Arnold Schönberg dan beberapa tokoh lain lalu membentuk komunitas Perkawanan Bauhaus. Direktur Bauhaus dan para guru akhirnya menulis surat terbuka, menyatakan Bauhaus akan ditutup, terhitung sejak 1 April 1925.

1925 
Bauhaus pindah dari Weimar ke Desau. Di tempat baru ini dibuat bangunan pusat Bauhaus yang diarsiteki oleh Walter Gropius. Bangunan ini memiliki arti penting dalam sejarah arsitektur modern. karena bangunan ini dirancang lebih kompleks dan utuh. 

1926
Sekolah Bauhaus pindah ke Dessau, tetapi tentangan tetap muncul. Gropius tak gentar, mereka justru mulai meresmikan Bauhas "baru", dengan istilah "hochschule für gestaltung" atau institute of design. Pemerintah lokal, The Government of Anhalt, sudah menyetujuinya.

Pembelajaran Bauhaus diarahkan menjadi diploma, dengan nama institute for design. Tujuannya adalah; (1) menghasilkan para intelektual, pengrajin, dan kemampuan teknis lainnya tetapi memiliki kreativitas yang cukup untuk menjadi desainer. Bidang yang diutamakan adalah konstruksi; (2) untuk memberi kemampuan praktis, terutama dalam membangun gedung/perimahan dan interior, juga untuk membangun model industri, dan perdagangan (Ordinance of The Bauhaus, Dessau, November 1925).

1933
Jerman saat itu ibarat medan pertarungan ideologi yang tak berkesudahan. Saat Bauhaus tengah ‘masyuk’ dengan program dan hasilnya yang gemilang, fasisme ‘Nazi-Hitler’ selain aktif membabat idelogi yang tak sejalan, ternyata juga menebas ideologi Bauhaus. Meski Bauhaus berjasa membangkitkan ekonomi Jerman dan justru bertempat di Jerman, Bauhaus ditutup  pada tahun 1933 oleh Nazi. 


Gropius, Mies dan pemimpin fakultas Bauhaus lainnya melarikan diri ke Amerika. Di sana, Gropius mengajar di Universitas Harvard. Justru akibat pelariannya ini, pengaruh Bauhaus, teori disain, arsitektur dan metode edukasi seninya seperti semakin bersemi di daratan Amerika dan kian menyebar di negara Eropa lainnya.

Sumber:
  • Bauhaus : Kala Pilar Seni Modern Membusung di Jerman | Oleh: A.Sudjud Dartanto (Tulisan ini pernah diterbitkan di newsletter Surat YSC (Yayasan Seni Cemeti) Volume.12)
  • Revolusi Industri - William Morris
  • Situs The Bauhaus Dessau Foundation
  • Logo Bauhaus: instantlive.shop.musictoday.com
  • Foto Gropius dan Van Der Rohe: mondo-blogo.blogspot.com
blog comments powered by Disqus