DKV UNPAS Bandung: David Berman: Beyond Brand & Design

Arakanlebah, Komunitas DKV UNPAS Bandung

dipoto pake webcame, karena ga bawa kamera
Menjadikan planet bumi sebagai klien, tag line yang menarik dari acara seminar yang menampilkan David Berman sekaligus memperkenalkan bukunya "Do Good Design", diselenggarakan oleh ADGI. Seminar ini ingin mengajak para pelaku periklanan khususnya untuk memberikan kontribusi secara profesi dalam membuat sebuah karya yang memiliki nilai kebaikan secara umum. Mengingatkan juga kepada para pelaku untuk tetap memiliki hati nurani dan mempertahankan integritasnya demi masa depan dunia yang lebih baik lagi.

Mendadak mendapat telpon dari seorang teman untuk didaftarkan dalam sebuah acara desain, karena lagi di jakarta, ya udah deh langsung setuju aja, dan ternyata acaranya seru juga, ketemu ama mas David Berman, dan mendengarkan presentasinya yang menghibur dan menularkan virus kebaikan untuk dimasukkan kedalam karya para pelaku periklanan itu. Kebaikan apa siy yang dimaksud? Itu dia yang mungkin harus diperjelas lagi, mungkin ini sekedar contoh kecil yang menarik... (gambar ini di ada juga dipresentasinya mas David Berman). Lumayanlah hemat kayu, hemat uang juga kalo meninggal kelak...


sumber: http://dornob.com/shelf-with-soul-home-bookcase-unit-diy-coffin-design/

Apa yang bisa kita pelajari? Pertama, mengenai wacana Sustainable Design. Jadi, di negara-negara Eropa dan Amerika sana, isu sustainable development atau pembangunan berkelanjutan, sudah menjadi isu besar. Gagasan ini berkaitan erat dengan pemikiran Hardin, tentang Tragedy of the Commons. UNESCO sendiri sudah sejak lama mencanangkan Education for Sustainable Development (ESD). Lalu apa makna di balik sustainable design? Kalau merujuk pada gagasan besar sustainable development, maka dunia desain juga harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan, atau alam sekitar, dalam memproduksi sebuah karya desain, "eliminate negative environmental impact completely through skillful, sensitive design"[1].

Contoh paling mudah, jangan boros dengan material dari kertas, karena kertas dihasilkan dari kayu, yang artinya mengharuskan penebangan hutan. Sebisa mungkin menggunakan material yang mudah didaur ulang, agar bisa menekan angka penebangan hutan, yang kita tahu berdampak pada perubahan cuaca (climate change). Demikian juga pada desain mesin kendaraan bermotor, sebaiknya mulai memperkenalkan kendaraan hemat bahan bakar, misalnya dengan teknologi hybrid yang memanfaatkan tenaga surya sebagai tenaga cadangan. Breman juga mencontohkan, bagaimana sebuah jenis huruf dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat dicetak dengan ketebalan minimum, yang pada akhirnya dapat menghemat biaya pencetakan. Contoh rak buku yang bisa menjadi peti mati itu, adalah salah satu contoh ekstrim, bagaimana material yang sama bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, sehingga lebih menghemat penggunaan material.

Kedua, berkaitan dengan gagasan Do Good itu sendiri. Do Good Design, oleh Berman dijelaskan sebagai tanggung jawab sosial desainer. Tetapi, ia mencoret kata "design", karena tanggung jawabnya bukan sekedar membuat karya desain yang bagus (good design), tetapi juga yang membawa nilai kebaikan (design for good). Artinya, selain harus bernilai estetik tinggi, karya desain juga harus memenuhi nilai-nilai kemanusiaan, mengangkat harkat dan martabat manusia, bukan malah menistakannya. Beberapa contoh yang dipresentasikan Breman, menunjukkan bagaimana branding bisa terjebak pada upaya dehumanisasi melalui desain.

Do Good bisa berarti kita "berbuat baik" dalam konteks yang seluas-luasnya. Tetapi khusus dalam desain, Berman berpesan, menjadi seorang profesional desainer menuntut komitmen tinggi. Di sinilah komitmen seorang desainer, dilekati dengan nilai-nilai kebaikan. Jangan ikut mengiklankan perilaku merokok, jika tak ingin anak sendiri dirayu-rayu iklan agar ikut merokok. Sikap seperti ini tentu membutuhkan komitmen, dan integritas tinggi seorang desainer. Dalam kehidupan nyata, desainer "idealis" seperti ini bisa dianggap bahan bercandaan, dan dipastikan tidak akan dapat kerjaan.

Tapi Berman meyakinkan, bahwa melakukan kebaikan dalam desain, tidak bertentangan dengan kepentingan industri untuk mendapat keuntungan. Keuntungan bisa didapat dengan berbuat baik, demikian Berman. Artinya, berbuat baik dalam desain, dikombinasikan dengan kreativitas, komitmen, dan integritas yang tinggi, akan melahirkankarya desain yang tak saja "bagus" dari sisi estetik, tetapi juga "baik" bagi lingkungan sekitar, baik bagi manusianya, maupun ekologinya.

Pelan tapi pasti, dimulai dari yang kecil, dan berlandaskan nilai-nilai kebaikan yang sudah kita miliki, Do Good bisa dimulai. Jika klien belum melihat keuntungannya mempraktekkan Do Good Design ini, mulailah dengan hal kecil, dan buktikan bahwa masyarakat menghargai upaya seperti itu. Pelan-pelan, klien atau pihak industri akan bisa menghargai sepenuhnya upaya doing good for regularly design.

Langkah lainnya yang ditempuh Berman adalah melalui kode etik. Dengan menerapkan standar kode etik periklanan, atau karya desain pada umumnya, akan dihasilkan karya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan yang berlaku. Terutama dari sisi sustainable design, lebih mudah mengukur apakah sebuah desain sudah mempertimbangkan daya dukung lingkungan terhadap keberadaan karya itu.

Ayo awak arakan lebah yo bikin "good" desain dari sekarang, minimal buat diri sendiri, maksimalnya buat alam semesta *hahah kenapa tidak*. Tadinya saya mau sekalian minta tanda tangan mas David Berman buat kenang-kenangan di bukunya, tetapi antrian panjang karena sesi wawancara yang lama, akhirnya mencuri adegan aja deh....


blog comments powered by Disqus