DKV UNPAS Bandung: Ikon, Indeks, dan Simbol

Arakanlebah, Komunitas DKV UNPAS Bandung

Ikon, Indeks, dan Simbol

at 1/20/2011 View Comments

Ada 3 macam tanda pembeda yang dikenal dalam ilmu pengetahuan tentang tanda, ICONINDEX, dan SYMBOL. Pembedaan dikemukakan oleh filsuf, C. S. Peirce di akhir abad ke-19.  Artikel ini berupaya menjelaskan perbedaan di antara ketiga jenis tanda ini.

Isu penting dalam mempelajari tanda adalah bagaimana kita bisa mengapresiasi tentang simbol. Ini adalah pemahaman kunci terhadap penggunaan bahasa, dan merupakan pembeda utama antara komunikasi manusia dengan komunikasi dengan binatang. Terutama dalam konteks komunikasi visual, pemahaman yang benar dan mendalam tentang tanda sangat berperan pada saat proses penciptaan unsur rupa.

Pertama, perlu dicatat bahwa tanda adalah pola stimulus yang memiliki makna tertentu. Perbedaan yang paling mudah dikenali di antara ketiga jenis tanda tersebut adalah, bagaimana makna yang dikandungnya tersirat atau terhubung dengan pola yang ditunjukkannya. Sebagai stimulus, ia hanya "merangsang" pemirsanya untuk menangkap makna-makna tersebut.

www.shell.com
ICON
Icon atau ikon, adalah bentuk yang paling sederhana, karena ia hanya pola yang menampilkan kembali obyek yang ditandainya, sebagaimana bentuk fisik obyek itu. Ikon cenderung hanya menyederhanakan bentuk, tetapi mencoba menampilkan bagian yang paling esensial dari bentuk tersebut.
Berikut beberapa contoh sederhana ikon yang biasa kita temui:
  1. Gambar wajah Anda, adalah ikon dari diri Anda.
  2. Ikon printer di komputer Anda, adalah ikon dari fungsi mencetak, yang akan dilakukan oleh mesin printer. Tulisan "Print" saja bukanlah ikon, karena tidak mewakili ciri fisik printer.
  3. Gambar rokok berasap yang dicoret dengan garis diagonal, kita pahami sebagai larangan merokok di sekitar lokasi tersebut. 
  4. Kata-kata yang bisa menjadi ikonik, misalnya dalam komik yang sering menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan efek suara dari suatu peristiwa. Misalnya efek meledak, "DHUAAR!" (penggunaan seperti ini sering disebut sebagai onomotopoetic.)
Tidak mudah menentukan seberapa mirip seharusnya sebuah ikon terhadap obyek yang diwakilinya. Semakin sering kita melihat tanda itu, akan menjadi kebiasaan sehingga dengan mudah dikenali sebagai tanda Ikon. Obyek yang diikonkan juga mempengaruhi, karena semakin familiar obyek tersebut, semakin mudah diikonkan, dan dipahami. Tetapi selalu ada konteks budaya lokal yang akan mempengaruhi, sehingga perlu memeriksa apakah budaya tertentu memiliki pemahaman yang khusus terhadap sebuah tanda ikon.

aswewalk.wordpress.com/
INDEX
Indeks diterjemahkan secara literal sebagai some sensory feature (sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau mudah tercium baunya) yang kemudian menghubungkannya dengan obyek tertentu. Binatang adalah makhluk yang paling terbiasa menggunakan index sebagai alat mereka mengenali lingkungan sekitarnya. Anjing pelacak misalnya, sangat tajam penciumannya, sehingga mampu membedakan bau mangsa atau bahaya.
Beberapa contoh yang biasa kita temui:
  1. Awan yang gelap dipahami sebagai tanda (index) akan datangnya hujan. 
  2. Bagi ikan, laut atau situasi air yang lebih terang karena cahaya, menandakan daerah itu lebih hangat (asumsinya, dekat dengan cahaya matahari).
  3. Jejak binatang, bisa dipahami para pemburu sehingga dapat mengenali binatang apa yang baru saja melewati daerah tersebut.
  4. Dialek dalam berbahasa, bisa dipahami sebagai tanda bahwa seseorang berasal dari wilayah tertentu (dialek Jawa, bahasa Inggris dari Amerika atau gaya British, dl).
Perlu dicatat, bahwa index selalu dipahami berdasarkan frekuensi kemunculannya. Artinya, untuk memahami tanda-tanda tersebut, perlu paparan berulang, terutama bagi manusia. Manusia belajar dari alam mengenai tanda-tanda alam, sehingga semakin sering suatu tanda muncul dan diikuti oleh peristiwa, atau kehadiran obyek tertentu, semakin hafal manusia terhadap index tersebut. Sebagian tanda bahkan diciptakan oleh manusia, agar lebih mudah mengenali suatu peristiwa atau obyek tertentu, misalnya:
  1. Suara dari katel uap, yang menandakan air sudah mendidih.
  2. Lampu merah yang menandakan kita harus berhenti sebelum lampu tersebut.
Hubungan antar tanda index dengan obyeknya, tidak selalu sempurna dimaknai. Manusia biasanya yang paling bandel dalam melabrak makna-makna tersebut, misalnya lampu merah yang tetap dilanggar. Binatang, cenderung patuh, karena mereka hanya mengandalkan insting.

Kata-kata bisa menjadi index ketika berhubungan langsung dengan makna yang dimaksud, tanpa tergantung dengan kata-kata lain. Misalnya kata-kata "Di sini", atau "Saya", perlu pengarah agar jelas siapa yang dimaksud. Tanpa pengarah itu, maka kata-kata itu bisa bermakna ganda.

dvallen.blogspot.com/
SYMBOL
Bagaimana dengan semua kata benda dalam bahasa kita? Anak-anak, biasanya diperkenalkan dengan kata-kata yang indexial, misalnya menggunakan istilah "Guguk" untuk menyebut anjing, atau "Bombom" untuk menyebut mobil. Meski ini tampak seperti index, tetapi terkadang istilah itu digunakan tanpa adanya kehadiran si obyek. Artinya, bahkan ketika anjing atau mobil tidak nampak, kita bisa menggunakan kata-kata tersebut untuk berkomunikasi dengan anak.

Misalnya kata-kata yang sering digunakan untuk benda-benda yang masih diragukan keberadaannya, misalnya Monster, atau Hantu. Kata-kata ini digunakan, tetapi sebenarnya bukan index karena sulit dibuktikan hubungan antara kata tersebut dengan obyeknya. Maka manusia membuat interpretasinya sendiri. Begitupun dengan gambar. Apakah gambar hantu selalu seperti pocong? Karena di budaya tertentu, yang disebut hantu sama sekali tidak seperti pocong.

Simbol kemudian digunakan untuk membuat asosiasi terhadap suatu obyek yang tidak harus berhubungan langsung baik secara fisik maupun karena kehadirannya dalam waktu tertentu. Simbol dalam kata-kata seringkali dengan mudah keluar dari konteksnya, dan hampir selalu berhubungan dengan kata-kata lainnya.

Perlu dicatat, bahwa manusia seringkali mampu memahami sesuatu konsep, tanpa harus melihat langsung atau mengalaminya. Misalkan ketika membicarakan Es dan Salju. Kita di wilayah tropis yang tidak pernah melihat hujan salju atau hujan es, dapat memahami apa yang dimaksud dengan kata itu. Ini karena adakata lain yang dapat menjelaskan sifat dari kata yang dimaksud, misalnya Es dan Salju berkaitan dengan kata sifat, Dingin atau Membeku.

Di sinilah kekuatan utama simbol yang diciptakan manusia. Ketika manusia sudah memiliki perbendaharaan kata indeksial yang kuat, dengan mudah ia dapat mengembangkan kata tertentu sebagai simbol. Dengan cara menemukan analogi atau hubungan yang masuk akal, kita bisa menggunakan suatu kata sebagai simbol yang sebenarnya keluar dari konteks kata yang sebenarnya. Misalnya, kata Meledak, kemudian digunakan juga untuk orang yang sedang marah besar. Padahal, kata meledak berhubungan secara indeksial dengan bahan peledak seperti bom.

Begitupun dalam bahasa visual. Gambar-gambar tertentu kemudian dengan mudah dapat menjadi simbol terhadap makna tertentu. Berlian misalnya, sebagai mineral yang erat hubungannya dengan perhiasan, yang kemudian juga menjadi simbol keabadian. Pemaknaan ini terjadi karena berlian dianggap sangat keras, tak akan lekang dimakan waktu, juga dalam berbagai cuaca. Hanya manusia yang mampu menggunakan simbol, karena binatang akan menggunakan pemaknaan secara indexial, sesuai insting yang mereka miliki.

Penutup

Istilah "Tanda" seringkali digunakan untuk ketiga macam istilah di atas, Ikon, Indeks, dan Simbol. Semuanya memiliki aspek sinyal, pola-pola fisik seperti suara atau bentuk visual. Perbedaannya, ikon memiliki unsur fisik yang lebih lengkap mewakili obyeknya, dan indeks lebih mewakili ruang dan waktu suatu obyek atau peristiwa. Sedangkan simbol, lebih berkaitan dengan asosiasi secara mental, antar subyek dengan makna yang dimaksud. Simbol bisa berupa sesuatu yang sama sekali tidak terkait dengan makna yang dimaksud, tetapi dengan pengkondisian tertentu, maknanya bisa saling terkait.

Artikel mengenai piktogram, juga dapat dibaca di sini.

Sumber: http://www.cs.indiana.edu/~port/teach/103/sign.symbol.html
blog comments powered by Disqus