DKV UNPAS Bandung: Dan Iklan Tradisional-pun Mulai Keok

Arakanlebah, Komunitas DKV UNPAS Bandung

Dan Iklan Tradisional-pun Mulai Keok

at 4/15/2011 View Comments

http://www.businessinsider.com
Apakah ini berita baik? Atau berita buruk?

Seperti yang sudah beberapa kali ditulis di sini, di sini, dan di sini, masa depan periklanan tradisional, yang menggunakan media-media tradisional, semakin terancam oleh iklan online. Website businessinsider.com melaporkan, pada tahun 2010 yang lalu, pertumbuhan iklan online semakin "menggila", terutama di Amerika Serikat.

Grafik data di atas, adalah salah satu data yang menunjukkan bahwa belanja iklan di koran, radio, atau majalah, sudah terlampaui oleh belanja iklan online. Tinggal televisi yang masih merajai, dengan selisih sekitar $0.26 Milyar.

Kalau kita lihat grafik yang lain, tentang pertumbuhan iklan online dari tahun ke tahun, pertumbuhannya memang cukup signifikan. Sepuluh tahun yang lalu, belanja iklan online hanya mencapai $8.09 Milyar. Sekarang, atau tepatnya pada tahun 2010, belanjanya sudah mencapai $26.06 Milyar! Diprediksi, ke depan iklan online akan terus melaju, dengan menggunakan asumsi pertumbuhannya saat ini.

Situasi Periklanan Indonesia


Di Indonesia sendiri, data pada tahun 2009, menurut detik.com (17/02/2009) mengalami kenaikan total belanja iklan. Pada tahun 2009, belanja iklan diperkirakan naik sebesar Rp 5 triliun, menjadi Rp 52 triliun jika dibanding pada 2008 yang hanya mencapai Rp 47 triliun.

Televisi, sebagai media tradisional yang masih merajai, diperkirakan memang belum akan "keok" dalam waktu dekat. Menurut artikel di Kompas.com (3/6/2010), masa keemasan bisnis media online di Indonesia memang masih butuh waktu. Jika mengacu pengalaman di beberapa kawasan di dunia, sekitar 3-5 tahun waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan signifikan. Pada saat yang bersamaan, bisnis media-media konvensional seperti surat kabar, majalah, dan televisi masih akan bertahan, meski dengan kondisi belanja iklan yang menurun.

"Ini cuma soal waktu saja. Pengalaman di AS dan Jepang, pertumbuhan belanja iklan meningkat dua kali lipat dalam 3-5 tahun terakhir. Ini yang saya kira akan terjadi pula di Indonesia. Semua akan melonjak cepat ketika para industri besar mulai memasang iklannya di media online," kata Charles.

Dalam sebuah diskusi bertajuk “Online Journalism”, seperti yang dilaporkan jakartaupdates.com (3/10/2011), seorang media analis, Hendro D. Laksono menyatakan hal senada. Perkembangan iklan online di Indonesia tumbuh sebesar 400%, atau sekitar 4 persen dari total belanja iklan dari semua jenis media. Televisi, menurut Hendro dalam laporan itu, memang masih mendominasi dengan perolehan 60% belanja iklan, sementara saat ini di Indonesia internet baru menyerap kurang lebih 1,4 persen.

Sebelum internet populer di Indonesia, media periklanan terbatas hanya pada media cetak dan elektronik, seperti radio dan televisi. Tapi kedua jenis media tradisional tersebut memiliki kelemahan dibanding media online. Media online memiliki kelebihan dalam hal kecepatan menyajikan informasi, hal inilah yang menjadi perbedaan signifikan antara media tradisional dengan media online.

Tentang Internet di Indonesia

Pertumbuhan internet di Indonesia memang mengalami peningkatan yang pesat pada lima tahun terakhir. Sebuah berita di tempointeraktif.com (9/12/2010) melaporkan, pada 2005, internet masih berada di urutan ketujuh dari media yang digunakan masyarakat, tetapi pada 2010 internet berada pada urutan ketiga setelah televisi dan koran. 

"Konsumen Indonesia telah bangkit, dan konektivitas menjadi bagian besar dari trend saat ini," ujar Yongky Susilo, Retailer Service Director Nielsen dalam presentasi: Temuan Terakhir dari Survey Nielsen Mengenai Konsumen dan Media, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (9/12).
Dalam laporan itu disebutkan, hasil survei Nielsen menunjukan adanya perubahan kebiasaan dalam mengkonsumsi media. Konsumsi internet meningkat dari 8 persen pada 2005 menjadi 20 persen tahun 2010. Jumlah pembaca koran yang juga mencari informasi dari internet pun tumbuh hampir dua kali lipat dalam lima tahun menjadi 35 persen dari 19 persen pada 2005. Tetapi berbeda dengan data yang disebut Hendro D. Laksono, menurut Yongki  pertumbuhan internet belum berpengaruh terhadap belanja iklan di media online. Dari tahun lalu sampai sekarang media cetak masih yang terbesar mengalahkan TV dan radio untuk beriklan.

Indonesia yang memiliki sekitar 242 juta penduduk menempati urutan kelima terbesar di seluruh Asia, dengan pengguna internet sekitar 30 juta orang. Negara lain seperti Filipina, Malaysia dan Taiwan masing masing memiliki sekitar 29,70 juta, 16,90 juta dan 16,13 juta pengguna internet. Bila melihat dari sisi pertumbuhan, Indonesia masuk dalam kategori lima terbesar dengan membukukan pertumbuhan sekitar 1.400 persen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Demikian tulis Akhmad Nurcahyadi, analis dari BNI Securities yang ditulis Vivanews.com (9/01/2011)

Menurut penelitian Yahoo, seperti yang ditulis detik.com (5/6/2010), pengguna internet di Asia Tenggara, khususnya Indonesia berhasil mencapai sebanyak 48% pengguna aktif internet pada tahun 2010. Jumlah itu naik 26% dibandingkan pada tahun 2009. Hal itu disebabkan peningkatan pengguna internet melalui ponsel atau internet mobile dan trend untuk mengakses media online.

Penelitian ini  dilakukan Net Index Study yang diselenggarakan oleh Yahoo. Net Index Study ini bertujuan untuk meneliti trend penggunaan internet di Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Filipina di setiap tahunnya. Studi ini merupakan kerjasama antara Yahoo, TNS, Nielsen dan Synovate.

Melihat perkembangan periklanan dan teknologi ICT di atas, menyisakan tantangan besar bagi praktisi komunikasi visual, terutama yang selama ini masih berkutat di ranah desain grafis. Meski saat ini aplikasi di media cetak masih ada, akankah 5-10 tahun ke depan situasinya masih sama? Sudah siapkah Anda sekalian, para grafiskus? 

* Selengkapnya, silakan periksa di web businessinsider.com.
blog comments powered by Disqus