DKV UNPAS Bandung: Iklan Teluk Buyat Dinilai Menyesatkan

Arakanlebah, Komunitas DKV UNPAS Bandung

Iklan Teluk Buyat Dinilai Menyesatkan

at 10/23/2004 , View Comments

Jakarta, Kompas - Iklan tentang Teluk Buyat yang dimuat berbagai surat kabar dan stasiun televisi dinilai sebagai bentuk penyesatan informasi. Karena itu, sejumlah organisasi nonpemerintah mengimbau agar media massa tidak menurunkan lagi iklan serupa.

Hal tersebut dikemukakan sejumlah aktivis organisasi nonpemerintah (ornop) dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (21/10). Di antaranya hadir Siti Maimunah dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), P Raja Siregar dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), dan Kurniawan Adi Nugroho dari Tim Advokasi Pembela Aktivis Lingkungan (TAPAL).

Iklan yang dipersoalkan terutama di bawah judul Studi WHO Simpulkan Tak Ada Pencemaran di Buyat disertai subjudul Newmont: LSM Harus Bertanggung Jawab Atas Kepanikan Akibat "Mis-informasi". Iklan memuat kesimpulan hasil penelitian National Institute for Minamata Disease bersama Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Departemen Kesehatan, yang menurut iklan PT Newmont Minahasa Raya (NMR) menyimpulkan bahwa tidak ada polusi di Teluk Buyat.

Serial iklan Teluk Buyat dipasang oleh PT NMR sejak 14 Oktober di berbagai koran dalam format advertorial berukuran seperempat halaman. Iklan di televisi berdurasi 90 detik juga menayangkan hasil penelitian National Institute for Minamata Disease dan WHO.

"Informasi iklan tersebut menyesatkan. Sebab, studi WHO tidak menjelaskan kondisi lingkungan secara keseluruhan dan tidak menjawab penyakit apa dan apa penyebab penyakit yang diderita warga Buyat," ungkap Siregar.

Ia menambahkan, studi WHO bersama National Institute for Minamata Disease hanya mengkaji kontaminasi logam merkuri dan metilmerkuri. Padahal, Teluk Buyat diduga kuat tidak hanya tercemar merkuri. "Ruang lingkup studi itu tak dapat dipakai untuk menarik kesimpulan lebih luas mengenai lingkungan Teluk Buyat," ujarnya.

Manajer Hubungan Masyarakat Newmont Kasan Mulyono menanggapi protes dari ornop dengan mengatakan, materi dalam iklan-iklan tersebut sesuai dengan fakta yang ada.

Pengamat periklanan M Gunawan Alif mengatakan bahwa suatu iklan harus memuat kenyataan yang sebenarnya dan tidak melebih-lebihkan fakta.

Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia Effendi Gazali menambahkan, masyarakat bisa mengalami ketidakpastian atau disonansi kognitif dengan adanya dua realitas media yang bertentangan, antara infomersial di televisi dengan berita penyidikan dan penahanan tersangka Kasus Buyat yang belum tuntas. (LAM)

Baca juga: Iklan Teluk Buyat dan Sensibilitas Media

Sumber: Kompas, Jumat, 22 Oktober 2004 | http://www.kompas.com/kompas-cetak/0410/22/utama/1341231.htm [deadlink]
blog comments powered by Disqus