DKV UNPAS Bandung: Menancapkan Merek ke Benak Konsumen

Arakanlebah, Komunitas DKV UNPAS Bandung

Menancapkan Merek ke Benak Konsumen

at 9/10/2004 View Comments

"Aqua-nya, Mas." Kurang lebih begitulah kalimat yang meluncur ketika kita ingin membeli air mineral dari tukang asongan atau warung. Padahal boleh jadi yang akan diberikan bukan Aqua tapi merek lain seperti Vit atau Aedes. Tapi toh kita tidak protes. Mengapa bisa terjadi demikian? Persoalannya cukup sederhana. Di benak kita selama ini air mineral identik dengan Aqua: Aqua adalah air mineral, air mineral adalah Aqua. Hal yang sama juga kerap terjadi ketika kita berurusan dengan produk lain: pasta gigi identik dengan Pepsodent, sabun bubuk pembersih identik dengan Rinso.

Ditinjau dari kacamata periklanan/pemasaran, hal ini menunjukkan keberhasilan strategi periklanan/pemasaran perusahaan menancapkan merek produknya di benak konsumen. (Pada kasus tertentu, hal ini juga ditopang oleh keberadaan produk itu sendiri yang merupakan produk pertama yang dikenal konsumen sehingga terjadi proses asosiasi).

Berbagai definisi tentang merek menekankan adanya hubungan antara suatu konsumen dengan merek (consumer-to-brand relationship) di mana merek pada kenyataannya lebih dari sekadar logo, nama atau pengepakan (packaging). Ada aspek emosional yang bermain di sana sebagaimana halnya faktor-faktor fisikal.

Pada titik ini terlihat bahwa merek memiliki ekuitasnya sendiri (brand equity). Equitas merek ini berbeda dari konteks yang satu ke konteks lainnya, yang dapat dikategorikan dalam lima kelompok, yaitu:

  1. Loyalitas merek (brand loyalty)
  2. Kedekatan merek (brand awareness)
  3. Kualitas penerimaan (perceived quality)
  4. Asosiasi merek dalam addition ke perceived quality
  5. Other properietary brand asset--paten, trademark dan sebagainya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mereka tidak semata-mata menunjuk ke sebuah produk, tapi dapat juga dilihat sebagai organisasi atau korporasi, pribadi dan simbol.

Merek dan Internet

Dalam hubungan dengan internet dapat dikatakan bahwa internet merupakan media yang tepat untuk mengukuhkan keberadaan merek. Hanya melalui internet hubungan dengan konsumen, kepercayaan dan loyalitas merek dapat dikukuhkan dan terbangun. Dalam internet kita tidak kehadiran secara fisikal. Barang yang dijual tidak bisa kembali ke toko bila mereka kecewa dengan pesanannya.. Internet tidak memungkinkan kita untuk menyentuh, merasakan atau membaui produk yang ditawarkan. Membangun kepercayaan konsumen yang bertransaksi dengan kita, menjamin bahwa kartu kredit mereka tidak disalahgunakan, hanya bisa dilakukan dalam suatu bisnis global dengan cara membangun merek. Suatu merek yang sudah akrab di mata konsumen tidak perlu harus melakukan lintas negara untuk merebut konsumen--menempatkan kantor perwakilan dan membangun pabrik di negara lain.

Denis F. Beausejour, Vice Presiden of Advertising Worlwide Protec and Gamble suatu ketika mengatakan bahwa bagi mereka media interaktif seperti internet sangat memungkin mereka untuk melakukan interaksi langsung dengan konsumen. Protec and Gamble, sebagaimana dikatakan Beausejour, merek identik dengan hubungan baik (relationships). Berkaitan erat denan kepercayaan dan servis dan kepedulian terhadap kebutuhan khalayak. Dan ini bisa dilakukan melalui internet.

Hal yang sama juga diutarakan Richard A. Goldstein, Presiden dan CEO Unilever dalam makalahnya pada saat Konferensi Ad-Tech Musim Panas 1998 lalu. "Lebih penting lagi, aktivitas media baru (internet) mendorong kami untuk membuka dialog dengan konsumen, yang akan membuat kami lebih smart mengenai bagaimana membangun merek pada era digital ini."

Goldstein menambahkan bahwa keputusan mereka untuk masuk dalam dunia web dan media baru lainnya semata-mata didorong oleh kebutuhan dari konsumen itu sendiri bukan keinginan untuk menjadi bagian dari masyarakat digital (to be digital).

Terakhir, patut dicatat bahwa merek harus menunjuk ke sesuatu, memiliki makna tertentu Kesuksesan merek hari ini ditentukan oleh hubungan bangunan pengetahuan dengan produk atau layanan yang diberikan. Jean-Marie Dru mengatakan: "Customer now come to the brand because to what that brand knows, much more than ist name or the spesifik product benefit".**

Tim Bisnis KCM
blog comments powered by Disqus